Kemarin sore bos besar marah besar. Masih fresh di otakku, menggaung di telingaku dan menyayat hatiku. Aku bener2 ga tau apa gerangan khilafku sampai tiba-tiba sekretarisnya menyuruhku masuk ruangannya. Kalau staf biasa sampai dipanggil masuk ke ruang kerjanya, pasti ada hal yang urgent, dan firasatku bilang, pasti ini bukan tentang hal yang menyenangkan. Begitu masuk, bisa kulihat dari roman mukanya, mungkin he got a very bad day.
The war began : Staf bagian proyek ngadu bahwa aku memperlambat proyek pembangunan salah satu rumah di perumahan kami. Karena menurutnya, material yang dia pesan ke aku, ga kunjung datang. Padahal sudah hampir satu bulan yang lalu dia udah order. Aku ingin sekali membela diri, bahwa kenyataanya ga begitu. Surat pemesanan baru aku terima minggu lalu dan staf bagian transport material masih terkendala oleh truck kami yang plat-nya mati. Tapi sepertinya, pembelaanku ga akan berguna. Aku hanya terpaku, tanpa berani membuka suara, aku terlalu pengecut untuk membela harga diriku yang telah terpuruk. Wajahnya merah, bibirnya ga henti komat-kamit dan matanya ga lepas dari aku yg berdiri tepat dihadapannya.
Ingin rasanya aku mengungkapkan semua kenyataan bahwa selama ini, aku tidak hanya mengerjakan hal2 yang berkaitan dengan job desc ku sbg staf logistik, tapi juga merangkap bagian komplain konsumen, pengurusan pajak dan kadang2 kalo OB lagi pada istirahat aku dengan rela membuatkan minuman untuk para tamu bahkan diam-diam aku juga sering disuruh oleh anaknya bos untuk buatin PR. Semua itu aku lakukan sebagai bentuk loyalitasku terhadap perusahaan. But, it just can't get out of my mouth.
Then I wrote 5 things I really hate about him:
1. Pemarah
2. Egois
3. Gengsian
4. Perfeksionis
5. Idealis
Huh...mungkin banyak orang bakal bilang aku pengeluh, whatever...like I care. Ga mudah jadi pekerja sekaligus mahasiswa (mungkin buat sebagian orang ini hal sepele, tp aku yakin ga sedikit orang yang jumpalitan buat menyeimbangkan ritme pekerjaan dan tugas kuliah). Kadang-kadang aku merasa bahwa I deserve fo' a better job, bukannya takabur tapi lebih tepat dikatakan optimistik. But maybe not this time, pertama aku harus menyelesaikan dulu kuliahku yang tinggal 1 semester, kedua looking fo' new job, langkah terakhir adalah resign. Say goodbye to super big boss!!!